Sabtu, Januari 29, 2011

Rabu, Januari 26, 2011

Mengintip Bidadari



Aku berlari menyusuri jalan setapak penuh ilalang. Sesekali kulihat ke belakang. Mungkin ada seseorang yang akan menyusul di belakangku. Tapi tak ada tanda-tanda. Hanya sepi malam dan suara jangkrik yang bersahut-sahutan. Dengan nafas sedikit tersengal aku sampai di pondok, sebuah tempat pertemuan rahasia  untuk menemui bulan. 

Aku duduk melepas lelah. Masih ada waktu untuk berleha sejenak sebelum menemui penguasa malam itu. Ku pandangi ia dari jauh. Sinarnya tak cukup terang malam ini, hanya seperempat saja sabitnya. Tapi dengan senyumannya seperti itu, ia sangat terlihat anggun dengan jubah keratuannya. 

Entah sejak kapan, aku tidak ingat dengan pasti, aku mulai menjadi abdi malamnya. Aku senang menjalaninya. Menjadi selalu tak sabar menunggu malam menjelang, menghabiskan malam hanya untuk sekedar memandanginya dan jika ku sudah lelah, aku datang menemuinya dan sedikit bercakap-cakap dan kemudian ia akan mempersilahkanku untuk tidur dengan belaiannya. Hingga akhirnya ku terlelap dengan senyuman. 

            ‘Sstt,, sstt,,’ terdengar sebuah siutan memanggil

Aku menoleh ke sekeliling. Terlihat seseorang dari balik semak-semak. Ia berjalan menghampiri. Sosoknya tak begitu jelas karena memang cahaya bulan sabit tak cukup menerangi jagad malam ini. Tapi ketika hampir mendekat, aku jadi tersenyum geli melihatnya. Ia kan teman seperjalananku. Kadang kami berpapasan sewaktu menghadap bulan di istananya. Kadang kami bercengkarama dulu di pondok ini sebelum ke istana. Dan aku dibuatnya tergelak malam ini, apa yang dilakukannya di balik semak-semak itu.

Ia tersenyum begitu sampai di depanku. Aku membalas dengan  tertawa lepas bahagia. Kemudian ia duduk disampingku. Dia masih tersenyum. Aku menoleh,
            ‘Apa yang kau perbuat di sana? Di semak-semak? Lihatlah tampangmu karenanya. Rambutmu kusut kena ranting-ranting.’

Ia mengacak-ngacak rambut dengan jarinya. Tapi yang aku herankan, dia masih tersenyum.

            ‘Ada apa sih? Apa yang kau lakukan di sana?’

Ia balik menoleh kepadaku, dan masih dengan tersenyum. Kali ini lebih lebar. Hingga matanyapun jadi ikut tersenyum.

            ‘Aku mengintip bidadari.’

Mataku terbelalak, tapi kalimatnya membuatku tertawa terbahak mendengar ceritanya. Bagaimana mungkin ia bisa mengintip bidadari. Seperti Jaka Tarub saja, pikirku.

            ‘Kau tidak percaya?’

Tawaku berhenti paksa, dan kuanggukkan kepala untuk mengatakan aku percaya.

            “Kau tidak percaya sepertinya,”, ia mengalihkan pandangannya dariku. Senyumnya tak terlihat lagi.

Aku merasa bersalah. Apakah ia sedih? Kali ini kukatakan dengan sungguh-sungguh sambil tersenyum padanya.
            ‘Hey,,, aku percaya padamu.’

Dia menoleh lagi dan untungnya dia kembali tersenyum, hingga membuatku lega. ia selalu seperti itu. Tak pernah membuatku khawatir.

            ‘Hmm,,sang bulan menanyakanmu terus. Katanya kenapa kau jarang menyapanya beberapa hari ini. hari inipun kau telat menyapanya.’ 

            ‘Hehehe,,iyah,aku sudah hinggap di mahligainya sebenarnya. Tapi ada yang mengusikku hingga tak sempat menemuinya di istana.’, jawabnya, dan senyum lebarnya kembali merekah

Aku semakin penasaran apa yang terjadi dengannya, ‘Oh, ya??? Apa itu? Bulan sudah menantimu di istananya. Kau akan membuatnya murka jika tidak menemuinya malam ini’

            ‘Malam ini aku juga akan terlambat menemuinya. Tapi akan kusampaikan sesuatu dan kuyakin ia pasti akan mengabulkan permintaanku.’

‘Memangnya apa yang akan kau pinta?’, tanyaku penasaran

Dia tersenyum memandangku, ‘Akan kuminta izinnyanya untuk bercengkrama dan bersenda gurau dengan bidadarinya. Walau hanya sekejap’

Aku hanya terdiam mendengar celotehannya. Sepertinya ia begitu bersemangat bercerita tentang bidadarinya. Dan aku tidak mau mengusiknya. 

Ia memandang bulan masih dengan senyumannya. Mungkin melihat bidadarinya yang sedang menari di atas sana. Dan aku juga ikut tersenyum bahagia walau aku sendiri tak bisa melihatnya.



Sabtu, Januari 22, 2011

Langit,,

1160116911



Langit..
Kenapa begitu cerah hari ini?
Kamu ingin menertawakanku ya?
Kamu ingin mengejekku ya?

Langit..
Mana mendungmu?
Suruh dia temani aku disini...
Biar ku tak merasa sendiri...

Langit..
Mana hujanmu?
Biarkan ia membasahi tanah..
Biar membasuh semua galauku..
Dan mengalir menuju laut..
lepas dan jauh meninggalkanku...

Langit..
Aku merasa sendiri sekarang...
Kenapa bintang-bintangmu lambat sekali menjelang..
Aku rindu  padanya...

Langit..
Biarkan matahari secepatnya pergi..
Biar hari cepat berganti..
Karena aku merindukan malam...



Rabu, Januari 19, 2011

One Cup of Cappucino



Kusiapkan satu cangkir cappucino untukmu malam ini,,
Untuk pengusir kantuk yang menyerang,
Untuk penghilang penat yang menggelayuti,
Untuk pengusir jemu yang membuncah,,
Karena ku tak bisa ada di sana,
Menemanimu menghabiskan malam,
Bercerita tentang bulan dan tarian bidadarinya


Selasa, Januari 11, 2011

Fragile (3)






Ketika sesak itu tercekat ditenggorokan
Gemuruh hati itu terpaksa kutahan untuk kesejuta kalinya

Puaskah kau membuatku ringkih seperti ini?
Senangkah kau membuat berjuta-juta ton beban menghantuk kepala dan pundakku?

Aku ingin mengumpulkan kepingan hatiku
Aku ingin melepas lelah sejenak
Aku ingin menghibur hatiku

Apalagi yang kau inginkan dariku?

Setelah kau buat aku menjadi pecundang untuk sebuah hal yang tidak aku lakukan
Setelah kau balik mengkambinghitamkan kesalahanmu kepadaku
Setelah kau menghasut semua orang untuk merutukku
Setelah kau keluarkan semua perbendaharaan kata-kata hina untuk melecehkanku

Apalagi,,,apalagi yang kau inginkan,,??

Biarkan aku terlelap sejenak
Biarkan aku melepas semua beban ini untuk sementara
Biarkan ku keringkan dulu air mata dari hatiku
Biarkan aku sendiri mengemasi pecahan rasaku

Bisakah,,,?
Bisakah,,,?
Bisakah,,,?

Ku mohon,,,,



Senin, Januari 10, 2011

Fragile (2)



“Dia memanfaatkanku,,,”
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,   
(....Geram hatiku sepuluh kali......)



Begitu mendidihnya amarah hatiku 
hingga ubun-ubunku juga terasa panas
Telingaku berdenging mendengar teriakan kata-kata hatiku selama ini tak terucap

Aku ringkih
Tak tega melihat keaadaan hatiku yang seperti ini
Hatiku sakit
Kemana harus kucarikan  penawarnya??

Di tengah rintihannya, 
aku coba menata kembali serpiihan yang tergeletak
Kasihan melihat dia teronggok mencari nyawa yang terlempar entah kemana..

Tak pernah kulihat ia sedemikian

Tapi ia tak menangis,
karena tak kulihat air mata disitu

Mungkin ia lelah,,
Karena ku bebankan dengan segala perasaan yang aku punya

Tapi aku tak pernah membuatnya bahagia

Kalaupun ia sempat melambung, 
itupun hanya sementara, 
karena tak ada yang mencintainya setulus jiwa
Karena orang lain hanya memanfaatkannya

Termasuk aku,,

Itu karena ia terlalu lemah




Minggu, Januari 09, 2011

Fragile (1)




Ketika tut-tut ini ku tekan satu persatu,
tekanan perasaan itu semakin menyesakkan
Ingin kulepaskan rasa ini, 
tapi kepada siapa?
Aku tak tahu,,

Aku kecewa,,
Dalamnya kecewa ini hingga ku tak sanggup untuk kuasa bangkit.
Aku rapuh,,
serapuh jiwa yang teronggok meninggalkan asa

Dizalimikah aku?
Bukan aku
tapi hatiku

Ia tahu aku berharap padanya, 
sementara ia bingung kepada siapa setengah jiwanya aku titipkan
Sementara tempat yang kurasa istana baginya menolaknya dengan manis seraya berkata..

“Tuanmu telah salah menitipkanmu padaku..”
Dan hatiku terhenyak, tersedu meraungi nasibnya.
Kasihan,,
sungguh kasihan,,,




Jumat, Januari 07, 2011

Menahan Senja


Lembayung bertahanlah,,
biarkan aku menikmati senjamu,, 
Aku tak tahu, bulan akankah datang malam ini, 
karenanya biarkan aku menemanimu di penghujung hari,,
 
 

Sabtu, Januari 01, 2011

Baru Kan Kujelang, 2011

Dentuman itu mengagetkanku. Bunyi terompet bersahut-sahutan. Ribut sekali di luar sana. Sembari terus menulis, aku tersenyum tipis  melirik jam di sudut kanan bawah laptop. Sudah pukul 00.01. Pantas saja begitu ribut di luar sana.

Tak ada yang berbeda dengan tahun-tahun baru sebelumnya. Tak ada perayaan spesial yang aku lakukan untuk menyambut kedatangannya. Seperti biasa, aku biarkannya berlalu begitu saja. Tapi kehebohan di luar sana juga mengusikku untuk sekedar mengetahui kegembiraan mereka.

Memandang langit cerah malam ini, semakin indah dengan hiasan kembang api yang dilepas ke angkasa. Malam yang di detik-detik pergantiannya dinanti-nanti banyak orang. Aku sendiri tidak tahu, apakah aku juga menantikan pergantian tahun ini atau tidak. Bagiku, PR yang harus aku selesaikan masih banyak. 2010 menyisakan banyak hal yang masih harus aku lengkapi di tahun ini. Aku tak memikirkan target yang harus aku capai, karena tak mau terbeban dengan segala ruwet permasalahannya. Bukannya tak mau mewarnai hidup dengan bergiat menggapai target, tapi hidup adalah untuk dinikmati, karena ia hanya sementara. Dan aku tidak mau membebani pikiranku dengan pencapaian itu. Bagiku, segala apa yang ada dihadapanku, baik segala kemudahan dan kesukarannya harus dihadapi. Bertarung untuk mendapatkan apa yang aku harapkan.

Yah, harapan,,

Tentu saja aku punya harapan dan keinginan. Tapi cukuplah hanya Rabb mendengarkan apa pintaku. Aku hanya berusaha untuk menggapainya. Entah kapan bisa terwujud. Aku percaya bahwa semua itu ada waktunya, tak perlu di targetkan. Karena aku sudah merasakan bahwa sesuatu itu indah pada waktunya. Tak perlu dipaksakan. Asal ikhlas menjalani dan tetap berjuang untuk meraihnya.


Selamat tinggal 2010,,
Terima kasih sudah mewujudkan kegagalan dan mengobati kekecewaanku di tahun sebelumnya,,
Dan terima kasih sudah mengiringi langkahku menjalani hari di sepanjang waktumu,,


Welcome 2011,,
Harapanku besar terhadapmu,,
Karena banyak PR kehidupan yang harus aku angsur di hari-harimu,,
Mudah-mudahan baru yang kujelang akan selalu indah bersamamu,,
Semoga!!