Pic from here |
Selembar daun terangguk meneteskan air yang melorot di ujung lancipnya. Warna hijaunya terlihat lebih cerah dan segar. Tetes terakhir diujung daunnya itu menyisakan tanya dalam benakku, ‘apakah aku masih perlu duduk disini menanti walau hujan masih menyisakan rintiknya?’
‘tidak’, katanya,’pergilah cepat, sebab hujan kan kembali datang dengan derasnya’
Tapi aku khawatir bagaimana dengannya, apakah ia masih kuat menahan tamparan hujan? Dan dengan gagah ia menjawab,’aku sudah terbiasa menjadi bulan-bulanan air curah itu, jangan khawatirkan aku, pergilah’. Aku masih membangkang tetap berdiri disana dan mengatakan kalau aku juga tak takut dengan air curah itu, walau deras sekalipun. Tapi dengan tersenyum sinis ia mengejekku bahwa aku takkan bisa sekuat dirinya.
Ejekannya membuat mataku melotot menatapnya. Batang pohonnya memang kokoh, tapi ia hanya selembar daun yang tak lebih besar dari tapak tanganku. Tangkai daunnya seratus kali lebih kecil dari jari kelingkingku, dan dengan sekali jentik aku bisa menerbangkan tubuh tipisnya melayang-layang ke udara kemudian terhempas ke tanah. Bagaimana pula ia bisa mengecekku kalau ia lebih kuat dariku, tak seujung kukupun.
Bibir tipisnya kembali tersenyum mengejek di ujung lancipnya,’kau manusia yang terombang-ambing oleh rasa. Hanya tergores sedikit, tangismu mengalahkan derasnya hujan di siang tadi. Aku dan saudara-saudaraku serta teman-temanku tak lemah sepertimu. Kami memang kecil dimatamu yang kau pandang rapuh dan lemah, tapi lihatlah kulit-kulit kami, lihatlah warna di sekujur tubuh kami, berkilau terkena sinar matahari walau hujan telah menampar-nampar kami semalaman dan kami terombang-ambing oleh terjangan angin dan badai. Karenanya, kami lebih kuat darimu…’
Pongah sekali tingkahnya. Diliuk-liukannya badan mungilnya dan tertawa-tawa kecil. Saudara dan teman-temannya disekelilingkupun ikut tertawa membenarkan perkataan daun sombong itu. Kusepakkkan kaki ke batang pohonnya dan kulayangkan hantaman ke dahan yang menaunginya. Mereka bergoyang tapi kembali meliuk hingga tanganku hanya menampar angin dan tawa mereka semakin keras dan memekakkan telingaku.
Tiba-tiba rintik hujan menetes tepat mengenai hidungku. Dan dalam sekejap pasukannya menyergapku dari atas langit. Aku berlari menepi mencari tempat berteduh dan merapat ke batang pohonnya. Sayup diantara irama hujan aku masih mendengar tawa mereka di atas, dan teriakan si daun sombong itu,’apa kubilang, kami lebih kuat darimu.’ Aku hanya menunduk dalam, merangkul erat kedua lenganku untuk menahan dingin dan menggigilnya badanku. Mereka terus tertawa, lebih kencang dari irama hujan di sore itu.
*ketika hujan enggan berasak dari kota Padang
22 komentar:
hmmm...butuh ojeg payung nggak neng ?...murah loh neng jarak deket cm rp. 5000,- blm ppn...gmn berminat nggak neng ?...^_^
mampir lagi sob setelah menghilang selama 2 minggu hehe, sob saya undang buat ikutan memeriahkan ultah blog saya. Ditunggu ikut sertanya :)
pohon itu selalu butuh daunnya, sekecil apapun, seberapa banyak apapun.. tanpa daun, mungkin pohon tidak akan lengkap.. pantas saja jika daun itu patut bersombong..
hehehe paling paling 2ribu nih ojek payung sekarang :( lama tak bersua nih :p
^andri: *melirik curiga
mahal amat bang, pake ppn segala, rp. 2000 deh termasuk ppn, lagian deket ini ke pohon sebelah... :D
^Shudai: meluncur kesana sobat..:)
^gaphe:hmm...begitu ya? karena mareka rame kali ya, makanya sok2an gitu... ^_^
^majalah masjid kita: pake ppn lagi ga, bang?? hehehe...
kreatif dech samean mbak...... salam persahablogan.......
^arief bayoe sapoetra: hehehe...^_^
salam persahablogan juga arief.. :)
like it...:)
good2...
kalau boleh tau fotonya dapat dari mana itu???
waaaaaaaaw... lagi2 yanti susah untuk mengartikannya uni hehehe...:)
ya uni, banyak pelajaran yang yanti ambil, jangan hanya menilai penampilan luar seseorang,terkadang yang terlihat lemah itu lebih kuat... ^_^
jiheheehhe betul gak uni...??
^kira: tengkyu kira.. ^_^
^djangan pakies: ^_^,
disimpulkan dengan baik pak..makasih... :)
^akhlas art: kamu bisa klik tulisan 'here' dibawah fotonyo, nanti akan link ke websitenya dimana saya ambil, bisa nanti di search disana.
^yhantee:hehehe...yup bener sekali cantik...mudah2an bisa jadi pembelajaran bagi kita cemua ya.. ^_^.. tetap semangat menulis pokoknya...:)
bagooooss...
muanteeb tuenan, b^.^d
wah... bagus sekali
memang, ujian yang diberikanNya kepada insanNya memiliki tingkat kesulitan yang berbeda2....
^anonim: hehehe..makasih ano...(kok pake anonim sih??? hayooo...siapakah???) ^_^
@febro: ^__^ tengkyu ya, bro..:)
yup, satu lagi kesimpulan yang insyaallah bisa dipetik...^_^
jakarta juga tuh, hujan melulu dari sabut sampe sini. baru hari ini panas terik. cuaca kayak gini bikin sakit.
anyway, bahasa indah bgt ya tulisan kamu. saluut deh
salam kenal yah...
baru berkunjung nih...
berkunjung juga yah di rumah persahabatanku
f4dLy
suka baca cerpenya, tapi baru sekali ini coment..
biasanya aku save buat bacaan istriku sebelum tidur, thanks ya
cerita ini sebuah pengibaratan kah?
mantap. mengesankan.indahnya indonesia
kunjungan siang :)
bahasanya apa ya, aku jd gak tau mestu ngmg apa. kata-katanya itu, wow...dalam sekali.
full meaning
^meutia: iyah, mb, cuaca emang susah diprediksi sekarang, bentar hujan bentar panas, kudu kita yang harus menyiapkan stamina...;)
btw, makasih kunjungnannya...:)
^f4dLy: okaay...ntar dikunjungi....:)
^Geofry Neolsen: wah, istrinya seneng cerita saya ya...terharu banget, salam buat istrinya ya...^_^
^Rubiyanto sutrisno: hehehe..sepertinya memang begitu... :)
^hobi jepret: makasih ya...^_^
^EDSA comin: makasih kunjungannya ^_^
^wits: hehehe....makasi ya mba...^_^
Posting Komentar