Selasa, Mei 31, 2011

Gemerisik Kidung Malam

Pict from google


‘Tidurlah…’, katanya

Aku enggan  jika  ia sudah berkata seperti itu. Aku diam tak menjawab. Kutatap langit begitu nanar memandangi bulan seolah memintanya untuk lebih menerangi bumi yang dikelilingi kelam. Gemerisik angin menyapu ilalang-ilalang di sekitar pondok. Meliuk-liuk hingga berdesis menyenandungkan kidung malam. Kegelisahan gerak mereka membuatku mempunyai teman untuk berbagi kisah hati. Ingin kuajak semua abdi malam untuk menggenderangkan tabuh meneriakkan sajak-sajaknya. Tapi sekuat apapun hatiku menginginkan, pinta tak sanggup tersebut lewat lisanku.

Unggun menyala terang di depan pondok. Dinginnya malam tak terasa karena tinggi jalar apinya. Dia masih sibuk melemparkan ranting-ranting kering dalam kobaran api. Sesekali menoleh padaku yang sudah mulai terangguk-angguk menahan kantuk. Setelah semua tumpukan ranting di depannya habis  masuk ke dalam unggun, ia berbalik ke arah pondok tempat aku menunggunya. Beberapa saat ia kembali memandangiku, 

            ‘Pergilah tidur…’, ulangnya

Aku menoleh membalas pandangannya. Dalam. Setengah berbisik, kupaksa agar suaraku terdengar jelas,

            ‘Jika saja kau dengar apa yang dibisikkan hatiku saat ini…’

Diam. Tiba-tiba aku merasa angin berhembus meniup tengkukku. Lekat dia memandang dengan senyuman khasnya,

            ‘Dinda… kau tahu, kau lah cerita tertulis dengan pasti selamanya dalam pikiranku…’


**dari sebuah lagu




Sabtu, Mei 14, 2011

Sebuah Rintik Rindu

pict from here


Aku mencoba menghitung rintik yang jatuh dari cucuran atap
Entah karena memandang dari balik jendela, 
hitunganku tak pernah seirama dengan jatuh rintiknya

Atau iramanya sedang jauh melanglang mengapit isi khayalku saat ini?
Jauh berlari berkilo-kilo meter menapaki sebuah rasa nun jauh disana

Tahukah kau,??
Rindu itu sedang mematuk-matuk ulu hatiku...