Senin, Februari 23, 2009

Mereka 'Tlah Pergi



[kdg k’mengertian itu yg slt diungkapkan, but one person has their own way, rght. Jk k’mgrtian itu dpt dipahami, t’ ada lg yg mrs t’skti.. but somethin’ r better left inside,  dont call them secrets, those r understanding..] 

Terpaku kupandangi Princess di sudut kelas. Duduk termenung seorang mengasingkan diri. Hhh... aku mengerti apa yang dirasakannya. Princess yang ceria tak kutemui lagi beberapa hari belakangan. Ada mendung yang bergelayut di mukanya. Walaupun masih tetap tersenyum, dapat kurasakan kegetiran hatinya. Setegarpun wajah yang diperlihatkannya, aku tahu dia terluka. Bukan baru sekarang atau beberapa jam yang lalu aku merasakannya. Sebelum bening itu mengalirpun aku tahu dia terluka.

~Prince..ini nih melodinya... liriknya udah dibikin belum?~

Princess menggeleng lemah, tersenyum getir.

~Bikin dong, Prince... rekaman kita udah deadline kan?~
~Ntar deh, Fair.. hh....~
Kugeletakkan gitar di atas kasur, beranjak duduk di sampingnya.
~Prince... look at me.. I saw u r not so good. I... I.. think ... u... u... have something that disturb ur mind.. hehe...~
Dearly melirik tajam. Princess hanya menyunggingkan senyum. Aku tak mau hanya menerka. Aku juga ingin mendengar dukanya dia.
~Dia ya? Dear...??~
~Coba dimengerti aja, Prince. Sabar ya...~
~O... bukan dia ya? Dia gimana, Prince?~
Hh... Princess beranjak bangkit... menyerahkan selembar kertas..
~Let me alone for a while, please... aku pulang, ya!~

Princess terluka. Yah... duka itu menyapanya juga. Kamu tidak tahu, Princess betapa dalamnya duka itu menyapaku. Hanya hitungan waktu hingga ia menyinggahi hatimu juga. Kalaupun kau lihat aku tertawa itu hanya sekedar cara agar duka itu terlapisi. Aku juga pernah sepertimu, Princess. Atau Dearly juga akan merasakannya jika seandainya mereka tak segera mengambil keputusan. Bukankah kamu yang mewanti-wanti Dearly agar mengambil sikap? Tapi kenapa sikap itu juga yang tidak kamu ambil? Menasehati memang mudah, Princess. Dan itu juga yang ada padaku.

Aku bisa tetap ceria berada di samping kalian... tersenyum... tertawa... seolah tak ada masalah. Itu caraku menghadapi hidup ini,, menghadapi duka yang menyinggahi, walaupun di dalam, goresan itu menyanyat kalbuku.

Jika kularutkan hati ini... mungkin hati ini yang paling rapuh. Tak pernah kubayangkan kalau berakhir seperti ini. Sekaligus kehilangan dua orang sahabat. Hh... masih patutkah mereka kupanggil sahabat? Tak apa... biarlah... aku masih menganggap mereka sahabatku. Aku masih menyayangi mereka. Gyp.... Tse.... masihkah kalian ingat padaku? Masihkah kalian merindukan aku? Apakah rasa ini juga yang kalian rasakan?

Kadang memang ada sedikit sesal terbersit. Kenapa kutolak bunga yang Gyp berikan? Kenapa kualihkan bunga itu pada Tse? Walaupun sebenernya memang Tse yang mengharapkannya. Tapi jika itu satu2nya cara agar kita selalu bersama aku akan melakukannya, asal kalian masih bersamaku. Dengarlah kawan... telah kubuang prinsip yang menurut kalian harus kutinggalkan itu. Aku tahu ia bisa saja memebelengguku. Yah... kalian benar.

~Oke. Aku tidak akan memaksamu, Fairy. Kalau itu akan memberatkanmu, lupakan saja.~
Gyp berlalu meninggalkanku dan Tse. Sedikit kelegaan aku rasakan. Gyp mengerti keadaanku, seperti aku mengerti keadaan Tse tapi Tse gak bisa mengerti keadaanku.

~Kenapa menangis, Tse?~
~Kamu jahat, Fair.... kamu jahat... Tega kamu lakukan itu buat Gyp. Gyp sayang sama kamu...~
~Aku juga sayang sama Gyp... sama sayang aku ke kamu...~
~Please, Fair... jangan bikin Gyp sedih seperti ini. Please lakukan untukku. Aku tidak ingin lihat Gyp kaya begini. Aku sayang sama Gyp....~
~Maaf, Tse... aku akan lakukan apa saja asal tidak yang ini. Aku gak bisa...~
~Kamu egois, Fair... Kamu gak mau ngerti perasaan orang lain. Kamu gak ngerti perasaan Gyp... kamu gak ngerti perasaan aku...~
~Oke.. kalo kamu yang paling ngerti perasaan orang lain, lakukan untuk dirimu sendiri... bilang sama Gyp...~
~Bodoh kamu... yang ada dalam fikiran Gyp hanya kamu... kamu.... kamu.. dan kamu... Dia gak pernah mikirin aku. Baginya hanya kamu...~

Bulir bening di mata Tse mengalir. Harus kesekian kali aku bilang... aku mengerti keadaannya..aku paham.. tapi aku harus bagaimana?

~Harap Gyp hanya buat kamu, Fair. Kata2 Gyp hanya untuk kamu... ingin Gyp hanya buat kamu... walaupun selama ini kita bersama...~
~Tapi sekarang enggak, Tse. Buatlah harapnya sekarang hanya buatmu. Kata2nya hanya untukmu... inginnya adalah kamu. Pergilah Tse. Gapailah Gyp. Dia membutuhkanmu sekarang...~

Kupeluk Tse untuk memberinya kekuatan. Kurasakan adrenalinnya menjalar ke tubuhku. Kurasakan harap itu... kurasakan ingin itu...

~Pergilah Tse... jika aku tidak ada, kalian akan bisa bersama...~

Tse memandangku. Kulihat kecerahan di mata basahnya. Aku mengangguk. Tse melepaskan genggamanku... perlahan... hingga genggamanku kosong. Tse berlari kecil menjauhiku... perlahan... hingga bayangannya hilang. Tercenung kurasakan kesendirian ini. Mereka tlah pergi.

Sebuah sentuhan menyentuh pundakku. Princess tersenyum. Binar matanya dapat kulihat lagi. Aku rasa Princess memahami kemengertian itu. Kemengertian akan sebuah kehilangan. Kehilangan orang2 yang mengisi keping hati. Princess mengerti... aku mengerti... mereka tlah pergi...





Tidak ada komentar: