Senin, November 29, 2010

Berilah Aku Nasehat, Ukh. . .






Malam ini aku begitu letih. Letih pada fisik, pikiran dan hatiku. Letih fisik masih dapat kubawa berbaring dan istirahat. Letih pikiran masih bisa kubawa refresing dan bercanda dengan kawan-kawanku. Tapi jika hatiku yang letih, entah apa rasanya menjalani hari. Walaupun bibirku tersenyum dan tetap bergelak tawa tapi dalam hati aku merutuk kenapa hatiku tidak ikut bersamanya.
Dan malam ini di saat keletihan hati sedang menghinggapiku, datang sebuah sms dari seorang sahabat.

Berilah aku nasehat, ukh…

Lama aku berpikir. Entah dengan kata-kata apa aku harus membalas smsnya dengan kondisi hati yang juga bisa dikatakan sama dengannya. Aku tidak ingin dia menunggu lama. Karena kadang jika kita sedang membutuhkan orang lain, pasti berharap dia akan cepat merespon. Sembari berpikir mau mengatakan apa untuk menguatkannya aku membalas:
Lagi mendung sist?

Tak menunggu lama dia membalas:

Iya, halilintar..

Gubrakk… terlalu parah dari dugaanku. Aku bingung apa yang harus aku katakan karena aku bukanlah orang yang pandai menasehati orang lain. Dan aku juga tidak tahu duduk perkara permasalahannya. Ragu untuk bertanya lebih jauh, tapi ku beranikan menulis:
Wheww… ada apa sist? Ada apa dengan hatimu?

Sedetik kemudian dia kembali membalas:

Katakan apa saja, uniku.. agar aku kembali bersemangat…

Duuuhhh ukhti, apa yang harus aku katakan kepadamu di saat hatiku juga limbung tanpa pegangan saat ini. Aku bukanlah setegar dan sekuat yang engkau bayangkan, aku bukanlah orang yang bisa menjaga hatiku. Dan aku bukanlah orang yang bisa tertawa bersama di saat hatiku gundah seperti ini. Dan engkau datang di saat sifat autisku sedang menghinggapi. Bukannya tak mau berbagi, tapi bagiku, hanya aku yang tahu hatiku dan hanya aku yang bisa mengerti apa yang diinginkan hatiku. Kalaupun aku datang merangkak ke hadapan kawan baikku, maka merekalah yang dipilih hatiku untuk mempercayakan sakitnya dan sekaratnya.



Tapi sekarang disaat aku sedang menata rasa hati dan masih ingin membungkam sakitnya hati, dia datang dengan permohonan nasehatnya. Tiba-tiba aku merasa betapa harus bersyukurnya aku, bahwa sahabatku masih membutuhkan aku. Masih mempercayaiku dan membutuhkanku di saat sedihnya. Dan permintaannya memaksaku untuk juga memikirkan langkah yang harus aku ambil untuk hatiku. Dan permohonan nasehatnya juga yang menepuk pundakku bahwa gundah tidak menghampiriku sendiri, ada orang lain juga yang merasakannya. Dan mungkin gundahnya lebih besar dari gundahku. Dan dia membutuhkanku sekarang. Aku tak perlu merangkaikan kata-kata bijak untuknya. Atau aku tak perlu menjadi sok bijaksana dalam permasalahannya. Tapi aku mencoba untuk menguraikan benang kusutnya dengan hatiku dan dengan doaku dengan apa adanya aku. Akhirnya entah apa yang ada di pikiranku saat itu, jemariku lincah mengetik keypad:
Sist, aku bukanlah orang yang pandai menasehati. Tapi jika hatiku lagi gundah, aku ingin sendiri. Kadang di kala sendiri kita bisa merenung dan berpikir hingga bisa mengambil keputusan dan ikhlas menjalani keputusan itu. Aku tidak tahu apa mendungmu, tapi percayalah, sist… untuk mengusir mendung angin harus bertiup dan hujan perlu turun. Barakallah untukmu.. :)

Setelah beberapa saat, dia balas dengan tersenyum dan mendoakanku semoga Rabb selalu merahmatiku…

Terimakasih, sist… semoga berkah Allah selalu untuk kita semua… :)

Tidak ada komentar: