Senin, Februari 16, 2009

Karena Ku Bahagia






Tem...
Hari ini aku punya keberanian untuk menjelaskan penyebab kebingunganmu akan diriku selama ini. Mungkin ini saatnya aku cerita, karena akupun sudah lelah dengan kebisuanku. Dadaku sesak menahannya di dalam hati . Akan kusampaikan ini dengan harapan tidak ada yang akan berubah dalam persahabatan kita.

Aku tidak memintamu berjanji, itu hanya harapanku saja. Karena kau berhak memiliki sikap. Akupun berusaha untuk dapat menerima sikap yang kau ambil.

Tem..
Ingatkah kau hari itu? Hari dimana kita duduk di tepian danau, larut dalam ketenangan airnya? Kau ceritakan mimpimu, harapanmu dan do’amu. Kau tersenyum bahagia saat itu, karena dalam impianmu ada namaku. Aku terharu karena aku masuk dalam hitungan do’amu. Lama kita sama-sama terdiam, tak tahu harus apa yang akan dikatakan lagi. Kita hanya bisa saling tersenyum tanpa sepatah katapun yang terlontar. Tapi aku bahagia saat itu..

Kadang aku juga tak mengerti..masih ingatkah kau hari itu? Hari dimana kita duduk di batuan penghalang ombak? Sembari menunggu beduk maghrib berkumandang, menyaksikan perlahan tenggelamnya sang mentari. Aku masih ingat derai tawamu saat itu. Lepas. Akupun tak bisa menahan diri untuk tidak ikut tertawa. Kurasa mungkin tawa kita saat itu mengalahkan deburan ombak lautan. Tak peduli dengan lingkungan sekitar. Yang kutahu, aku tak malu berbuat begitu walaupun wajah-wajah keheranan orang-orang disana melihat kita terkekeh-kekeh berdua. Dan yang sangat pasti kutahu bahwa aku bahagia...

Atau kau masih ingat tidak? Dibawah pohon belakang perpus kita duduk tercenung? Karena ku tak kuasa untuk menahan sendiri gundahku. Kau ingat berapa helai tissu yang kau berikan untuk mengahapus cairan yang mengalir dari mata dan hidungku? Kurasakan hangat pelukmu saat itu, kurasakan betapa kokohnya bahumu menopang gundahku. Senyummu menguatkan kembali hatiku. Kumerasa bahwa aku tak sendiri, ada kau disampingku yang akan selalu menemani. kau disisiku bukan di belakangku. Aku bersyukur dan aku bahagia...

Di lain waktu, kau yang berbagi air mata denganku. Kurasa kau masih ingat, waktu dengan tersedu kau mengetuk pintu kamar sempitku. Gulanamu pun tak bisa kau simpan sendiri. Dengan seksama ku dengarkan kesahmu dan ku hanya bisa berikan sebuah senyuman untuk mengurai kembali kusutnya pikiranmu saat itu. Ku bahagia karena akhirnya kau pun bisa tersenyum sekejap kemudian.

Tem...
Mungkin kita sudah bisa saling memahami. Mungkin kita tidak butuh suatu ungkapan, karena ku hanya bisa merasakan. Tak bisa kujelaskan dengan kata-kata, tak kuasa ku ungkapkan dengan rangkaian kalimat. Mungkin ku hanya bisa diam seribu bahasa jika disuruh ungkapkan ini padamu atau pada yang lain. Tapi kupercaya kau kan bisa mengerti tanpa harus kutunjukkan kepedulianku, tanpa harus kulontarkan kebaikan.

Tak bersuara bukan berarti kutak merasa. Merasa bahwa aku adalah salah satu bagian dari dirimu. Aku akan selalu ada dimana kau pun berada. Hatiku yang akan selalu menemanimu. Karena aku tak kan pernah pergi.





Rasanya tak perlu kuingatkan kembali semua hal yang telah kita lakukan bersama. Kenangan yang mengisi hari-hari kita belakangan. Jika kuurai satu persatu mungkin akan sangat melelahkan. Bibir kita mungkin juga akan lelah karena harus mengembang karena tersenyum. Yah.. kita hanya bisa tersenyum bila kembali mengingat itu semua. Semua telah berlalu, semua tlah kita lewati. Kita mampu menghadapinya. Kita tlah mampu berbuat untuk sebuah masa lalu. Masa yang takkan mungkin kita lupakan. Sebuah masa yang akan menjadi pondasi bagi kehidupan kita di masa depan. Pondasi yang kita bangun bersama dengan canda dan air mata. Tetaplah tegar, sahabatku...jalan kita masih panjang. Selangkah demi selangkah kan kita teruskan pondasi ini menjadi sebuah rumah impian bagi persahabatan kita. B’smangat.....

“sahabat sejati akan selalu ada di hati. Mereka kan tetap ada, takkan pernah pergi..”

Tidak ada komentar: