![]() |
pict from here |
‘Dinda…’, panggilnyadan dia tersenyum ...
![]() |
pict from here |
Kau dengar sesuatu?Ia memanggilku,menyebut namaku,Tak kah kau dengar?
Tidak...aku sedang tak bermimpi,Dia benar memanggilku,Lewat senandung kelitik hujan,Yang meriuh manja pd paras jendela,mengajak sunyi menari (*)
Basahnya menyejukkan,Rintiknya menyenandungkan irama rindu,Hujanku kan datang meninabobokan angan,
Rindunya sudah kuterima,Hampiri ia juga,dan senandungkan kelitik hujan padanya,untuk rinduku
![]() |
pict from here |
Aku tersentak dari sekejap lelapku. Sekeletik bunyi hujan mulai berirama mencoba untuk menerobos atap rumbia pondok. Aku memandang kesamping dan keseluruh penjuru padang ilalang di sekitar. Tak ada dia. Menyuruk dibalik kelamnya malam. Benar-benar kelam.
Ku tengadah ke langit, mencoba mencari kemana bersembunyinya Sang Penyatu kami. Khawatir jika nanti Sang Ratu bertanya kenapa ia tak ikut bersamaku malam ini.
Air langit jatuh sekeletik. Seperti bocoran dari bak langit yang lepas tambalannya. Hanya sekeletik. Tapi iramanya memilukan ulu hatiku.